Oleh: Agam Pamungkas Lubah
Tentara bayaran sudah ada sejak zaman kuno, bahkan di masa kekaisaran Romawi. Mereka adalah prajurit yang disewa oleh negara atau individu untuk berperang, dan motivasi utama mereka adalah mendapatkan bayaran.
Di abad ke-18 sampai 19: Tentara bayaran banyak ditemukan di Eropa, khususnya di Prancis dan Swiss, dengan resimen Swiss menjadi formasi elit dalam tentara reguler saat itu.
Sementara di abad ke-20: Tentara bayaran semakin dianggap sebagai bagian dari perang yang tidak sepenuhnya legal, dan banyak negara yang tidak menandatangani Konvensi Tentara Bayaran PBB tahun 1989.
Dan jika baraya menyimak sejarah panjang bangsa ini, maka baraya akan menemukan jika kerajaan-kerajaan bangsa kita di masa lalu memelihara tentara bayaran juga. Tentara bayaran yang direkrut biasanya dari suku-suku di Nusantara yang dikenal mempunyai keterampilan dalam berperang, seperti Madura, Bali, Bugis dan Makassar.
Pernah dengar istilah ‘Londo Ireng’? Ya, mereka biasa yang disebut dengan Belanda Hitam atau orang-orang pribumi yang disewa oleh Belanda menjadi tentara bayaran.
Dahulu Majapahit banyak memelihara tentara bayaran dari Madura. Demak pun demikian. Di zaman Arya Panggiri (Pajang) mereka tercatat memelihara tentara bayaran dari Bali. Nah, kemudian di zaman Mataram Islam mereka memelihara tentara bayaran dari Madura, Bugis, dan Makassar.
Cara penguasa kerajaan dalam merekrut tentara bayaran ini dilanjutkan pula oleh VOC Belanda di kemudian hari. Dimana mereka merekrut tentara bayaran dari Jawa dan suku-suku lain yang juga berasal dari Madura, Bugis, Makasar, Bali, Manado, dan Ambon. Makanya tak heran dalam beberapa kasus seperti penangkapan Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Tjut Nyak Dien, bahkan sampai Perang Mataram banyak melibatkan suku-suku tersebut di atas.
Tapi jangan salah berpikir dulu. Keterlibatan suku-suku tersebut tak ada hubungannya sama sekali dengan pengkhianatan terhadap NKRI. Karena saat itu NKRI belum terbentuk dan setiap kerajaan memiliki kebebasan dalam menentukan sikap kepada siapa dia berpihak asalkan membawa pundi-pundi keuangan negara.
Tak ubahnya seperti zaman sekarang ini. Rusia dan Ukraina bisa saja menyewa tentara bayaran dari negara mana saja yang ingin bekerja sama dengannya demi sebuah kedaulatan negerinya. Dan yang pasti di sana ada sebuah komitmen yang dibangun antara kedua belah pihak.
Lantas bagaimana sekarang nasibnya dengan tentara bayaran. Masih adakah di zaman modern seperti sekarang ini?
Tentara bayaran masih aktif sampai saat ini di berbagai negara, khususnya di daerah konflik seperti Timur Tengah, Afrika, dan Rusia. Bahkan mereka membentuk sebuah perusahaan yang dikenal dengan, Perusahaan Militer Swasta (PMS) yang semakin banyak menyediakan layanan keamanan untuk pemerintah dan perusahaan swasta. Semisal contoh: Wagner Group, Blackwater, Garda Swiss, dan Legiun Asing Prancis.
Kesimpulannya: Sejarah tentara bayaran tidak berakhir. Mereka terus beroperasi dalam berbagai bentuk dan peran, dan menjadi bagian dari dunia militer dan keamanan global. Perubahan dalam bentuk dan peran mereka terjadi, terutama dengan munculnya PMS yang semakin banyak, tetapi esensi mereka sebagai prajurit yang disewa untuk berperang tetap ada. ***