Oleh: Agam Pamungkas Lubah
MEDIATANGSEL.COM – Dalam prosesi adat melamar masyarakat Betawi Pamulang zaman dahulu, ada yang dikenal dengan istilah “Pepesing”.
Pepesing atau yang masyarakat Jawa menyebutnya dengan “Pamesing/Pesingan” berbeda dengan “Kudangan”. Jika “kudangan” adalah sesuatu yang diberikan oleh pengantin laki-laki (keluarga pengantin laki-laki) khusus kepada calon pengantin perempuan berdasarkan permintaan pengantin perempuan, maka “Pepesing”
adalah pemberian kenang-kenangan sebagai tanda hormat dari calon pengantin pria kepada orang tua atau nenek atau kakek calon pengantin wanita yang terbungkus rapat dalam sebuah dandang.
Menurut Poerwadarminta (1939: 488), Pepesing biasanya berujud kain (bujur), tapi bisa juga berupa pakaian baru yang terpilih, sebagai penanda keseriusan calon pengantin laki-laki dalam melamar calon si gadis kepada orang tuanya. Pepesing memiliki makna:
Sebagai tanda hormat calon menantu/anak/cucu kepada orang tua/nenek/kakek, sekaligus mohon doa restu agar lamaran bisa diterima dan berjalan lancar. Bisa juga sebagai kenang-kenangan tanda kasih calon menantu atau sebagai tanda penolak bala demi keselamatan dan kebahagiaan calon pengantin. Akan halnya Kudangan, Pepesing juga disiapkan oleh keluarga pihak calon pengantin pria dengan kesepakatan calon pengantin wanita.
Namun belakangan salah satu ritual khusus ini pelan-pelan menghilang seiring dengan terus bermetaforanya rangkaian prosesi adat melamar masyarakat Betawi Pamulang yang lebih cenderung menggantinya dengan prosesi “Kudangan” yang ditujukan khusus buat calon pengantin wanita ketimbang “Pepesing” untuk restu orang tua.
Semoga kita bisa mengambil pembelajaran dari kedua prosesi lamaran ini agar kehidupan rumah tangga kita ke depannya mendapat restu dari banyak pihak. [*]