MEDIATANGSEL.COM – Desa Pa Zi Gyi, Wilayah Sagaing, Myanmar dibombadir oleh pasukan militer Myanmar melalui serangan udara. Dikabarkan, 100 orang tewas dalam serangan tersebut. Termasuk wanita dan anak-anak. Namun korban tewas yang sudah terkonfirmasi mencapai 50 orang.
Dikutip dari Al Jazeera, Militer Myanmar juga mengakui telah melancarkan serangan udara di Desa Pa Zi Gyi, wilayah Sagaing.
Apa motif Militer Myanmar membunuh warganya sendiri? Juru Bicara Militer Myanmar Zaw Min Tun mengatakan pihaknya melakukan serangan udara kepada pasukan para Anggota PDF.
Kelompok ini dikenal dengan milisi sipil yang menentang junta militer di Myanmar. Saat mengetahui milisi ini sedang melakukan peresmian kantor PDF, Militer Myanmar langsung melakukan penyerangan.
“Saat upacara pembukaan itu, kami melakukan penyerangan. Anggota PDF terbunuh. Mereka adalah orang-orang yang menentang pemerintah negara, rakyat negara,” kata Zaw Min Tun kepada penyiar militer Myawaddy.
Zaw Min Tun mengatakan beberapa warga juga meninggal akibat dipaksa mendukung PDF. Dirinya menunjukan foto-foto warga yang dipaksa menggunakan seragam PDF. Pihak Militer Myanmar menuding tewasnya warga sipil akibat ulah PDF.
“Menurut informasi lapangan kami, kami mengenai tempat penyimpanan senjata mereka dan itu meledak dan orang-orang tewas karenanya,” tambahnya.
Sementara, saksi mengatakan kepada media lokal bahwa serangan itu terjadi pada Selasa pagi 11 April 2023.
Serangan Militer Myanmar diawali dengan jet tempur menjatuhkan bom di balai komunitas. Usai bom dijatuhkan, helikopter tempur Militer Myanmar langsung menembaki wilayah Sagaing.
Helikopter tersebut menembaki orang-orang yang selamat di tempat kejadian dan menghambat upaya penyelamatan.
“Banyak orang termasuk anak-anak tewas dan korban bisa melebihi 50 orang,” kata U Nay Zin Latt, mantan legislator wilayah itu kepada situs berita Irrawaddy.
Ko Aung, seorang warga Pa Zi Gyi yang tiba di lokasi tak lama setelah serangan itu, mengatakan dia melihat mayat-mayat bergelimpangan di tanah.
“Sepeda motor terbakar dan rumah juga hancur total akibat pengeboman. Orang-orang menangis saat mereka mencari kerabat mereka,” katanya.
Ko Aung mengatakan kepada situs berita Irrawaddy bahwa dia kehilangan kerabat dalam serangan itu dan dia harus berlindung di bawah jembatan beton ketika helikopter Mi-35 muncul di langit dan mulai menembaki orang-orang di darat.
Beberapa laporan media menyebutkan jumlah korban lebih dari 100 tetapi Al-Jazeera tidak dapat memverifikasi angka tersebut. Jika terkonfirmasi, serangan terhadap Pa Zi Gyi akan menjadi yang paling mematikan di negara itu sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada Februari 2021.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengutuk keras serangan itu, menyerukan pertanggungjawaban dari Militer Myanmar.
Selain penggerebekan di Pa Zi Gyi, militer juga melancarkan serangan terhadap sebuah konser musik di negara bagian Kachin utara Oktober lalu, yang menewaskan sebanyak 80 orang.
Amnesty International pada Selasa kembali menyerukan penangguhan pasokan bahan bakar jet ke Myanmar.
“Serangan udara yang melanggar hukum yang membunuh dan melukai warga sipil serta menghancurkan rumah adalah ciri khas militer Myanmar, yang berusaha keras untuk menghancurkan perlawanan dan menanamkan rasa takut pada penduduk. Warga sipil Myanmar menanggung beban taktik yang memuakkan ini,” kata Montse Ferrer, peneliti bisnis dan hak asasi manusia Amnesty, dalam sebuah pernyataan.
“Serangan udara tanpa henti di seluruh Myanmar menyoroti kebutuhan mendesak untuk menangguhkan impor bahan bakar penerbangan.
Amnesty menegaskan kembali seruannya pada semua negara bagian dan bisnis untuk menghentikan pengiriman yang mungkin berakhir di tangan Angkatan Udara Myanmar.
“Rantai pasokan ini memicu pelanggaran hukum humaniter internasional, termasuk kejahatan perang, dan harus diputus untuk menyelamatkan nyawa,” katanya.
Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan sejak perebutan kekuasaan militer dan tindakan kerasnya terhadap pengunjuk rasa damai yang berdemonstrasi menentang kekuasaannya.
PBB dan kelompok HAM mengatakan tentara di Myanmar telah terlibat dalam ribuan pembunuhan tanpa pandang bulu, penangkapan sewenang-wenang dan penyiksaan.
Mereka juga menuduh angkatan bersenjata membakar ribuan rumah di desa-desa yang menentang kekuasaan Militer Myanmar. Pelanggaran yang mereka katakan bisa menjadi kejahatan perang.
Kekerasan mendorong Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), sebuah pemerintahan yang dibentuk oleh legislator terpilih yang disingkirkan dalam kudeta, untuk menyerukan pemberontakan rakyat melawan militer.
Milisi PDF sejak itu bermunculan di seluruh Myanmar, secara efektif menyangkal kendali militer atas sebagian besar wilayah negara itu dan mencegahnya mengkonsolidasikan kudeta.
Setidaknya 1,2 juta orang telah mengungsi dari rumah mereka dalam pertempuran itu, menurut PBB. Beberapa negara Barat, termasuk AS, Inggris, dan negara-negara di Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi terhadap militer Myanmar, termasuk di sektor bahan bakar penerbangan dalam upaya membatasi serangan udara.(red)