MEDIATANGSEL.COM – Berdasarkan data dari Federasi Serikat Guru Indonesia, posisi Indonesia saat ini berada pada urutan kelima dari 78 negara dengan pelajar paling banyak mengalami bullying atau perundungan.
Banyak dampak negatif yang mengiringi kasus bullying, terutama bagi korban. Ada yang berdampak ringan berupa trauma hingga dampak berat berujung kematian, contohnya: siswa SD di Palangka Raya mengalami trauma karena sering mengalami perundungan di sekolah; siswa MTsN di Blitar tewas di dalam kelas usai di-bully kawannya sendiri; siswa MTs tewas setelah dianiaya sembilan teman sekolahnya di Kotamobagu, Sulawesi Utara; dan siswa SD gantung diri gara-gara sering di-bully tidak punya ayah.
Bahkan ada pula dampak negatif bullyng yang menyebabkan korbannya menjadi sulit mengendalikan emosi atau menjadi beringas, contohnya: siswa SMA di Banjarmasin tikam teman imbas sering di-bully dan siswa SMP di Temanggung bakar sekolah karena kerap di-bully.
Untuk mencegah semakin maraknya kasus-kasus seperti itu sekaligus untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, SMP Pembangunan Jaya Bintaro menggandeng Biro Psikologi Polri menggelar seminar anti bullying dan tawuran pelajar.
Seminar yang mengangkat tema “Pencegahan Bullying dan Kekerasan Antar Pelajar” ini digelar di SMP Pembangunan Jaya Jalan Bintaro Utama Sektor 3A Bintaro Jaya, Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Rabu (11/10/2023).
Hadir sebagai narasumber dalam seminar ini, Kombes Pol Cucuk Trihono yang adalah seorang psikolog sekaligus menjabat sebagai Kabagpsipol Biro Psikologi SSDM Polri.
Dalam kesempatan ini, Kombes Pol Cucuk Trihono menjelaskan ada tiga tugas utama Biro Psikologi Polri terkait kasus bullying, yakni: pendampingan psikologis kepada korban bullying; pemeriksaan dan pendampingan psikologis kepada pelaku bullying; dan psikoedukasi kepada masyarakat mengenai dampak negatif bullying.
Turut hadir dalam seminar yang diramaikan oleh siswa kelas 7, 8, dan 9 SMP Pembangunan Jaya ini, Kapolsek Pondok Aren Kompol Bambang Askar Sodiq, yang mengapresiasi terselenggaranya seminar yang banyak diisi dengan permainan tersebut.
“Kegiatan kali ini lebih banyak mengedepankan pelibatan anak murid dalam bentuk permainan. Diharapkan dengan permainan tersebut, mereka akan lebih saling mengenal akan temen, guru, dan lingkungan di mana mereka berada,” ungkapnya.
Salah satu permainan yang diberikan adalah peserta diberikan selembar kertas yang dipilihnya sendiri kemudian diberikan kesempatan menuliskan kata-kata positif berupa motivasi, ucapan terima kasih, doa, atau pujian untuk diri sendiri di atas kertas tersebut.
Kertas tersebut kemudian ditunjukkan kepada teman lainnya yang ada di sekitarnya juga kepada wali kelas yang bersangkutan.
Diharapkan dengan permainan tersebut dapat menyebarkan energi baik ke dalam jiwa orang lain, sehingga terciptalah rasa saling menghormati antar sesama. [*]