MEDIATANGSEL.COM – Kesusastraan Sunda Merupakan Salah Satu Pelopor Lahirnya Cerita Pendek Tanah Air
Genre cerita pendek atau yg lazimnya disebut dengan ‘cerpen’ secara resmi diakui di Indonesia kemunculanya pada tahun 1930. Pelopor kemunculannya adalah Muhammad Kasim, yang ketika itu mengumpulkan karya-karya cerpennya dalam buku ‘Teman Duduk’ (1936). Kemudian menyusul, Suman Hs dengan cerpennya ‘Kawan Bergelut’ (1938). Kedua karya tersebut diterbitkan oleh pemerintah Kolonial dengan bendera, Balai Pustaka.
Sementara data tentang cerpen lainnya telah ditemukan lebih tua yakni karya G.S, dengan berbahasa Sunda dalam judul ‘Dogdog Pangrewong’ (Selingan Belaka) pada tahun 1930. Ketiga kumpulan cerpen dalam dua bahasa tersebut menggambarkan isi tema yang menjurus kepada humor kerakyatan, sebagaimana tradisi sastra lisan rakyat yang gemar dengan kisah-kisah pendek dalam latar rakyat pedesaan yang mengusung unsur-unsur kelucuan peristiwa serta karakter penokohannya.
Beberapa jenis cerita pendek tersebut seperti ‘Demang Kadangkrang’ dalam bahasa Jawa dan ‘Si Kabayan’ dalam bahasa Sunda menemui bentuk embrionya dalam pojok-pojok majalah ‘Sri Poestaka’ yang terbit pada tahun 1923. Pojok-pojok itu berisi kisah percakapan pendek dan peristiwa pendek yang bersifat anekdot, seperti banyak kita jumpai dalam kolom-kolom humor pada majalah dan koran-koran dewasa kini.
Timbul pertanyan, mengapa genre cerita pendek kita lebih dahulu dikenal dalam bahasa Jawa dan Sunda dari pada bahasa-bahasa lain di nusantara? Hal ini disebabkan penerbit pemerintah kolonial yang bernama ‘Volkslectuur’ terlebih dahulu menerbitkan buku-buku dalam bahasa Jawa dan Sunda dari pada bahasa Melayu dan bahasa-bahasa lainnya. Menurut data perpustakaan yang didirikan pemerintah kolonial pada tahun 1912 terlebih dahulu berdiri perpustakaan berbahasa Jawa dan Sunda, baru kemudian berbahasa Madura pada tahun 1918 dan akhirnya bahasa Melayu pada tahun 1919.
Pengenalan lebih dini pada penerbitan ini menyebabkan sastra Sunda,misalnya,mengenal terlebih dahulu genre cerita pendek dan roman mendahului sastra dalam bahasa-bahasa lain. Roman pertama Indonesia sebenarnya adalah, ‘Baruang Ka Nu Ngarora’ (Racun Bagi Kaum Muda) yang ditulis oleh Demang Kanduruan Ardiwinata, pada tahun 1914. Lantas mengapa sastra Jawa agak ketinggalan dari rekannya sastra Sunda? Boleh jadi karena kuatnya pengaruh sastra tradisional Jawa yang masih berpusat di keraton-keraton Jawa, sehingga bentuk sastra modern agak lambat kemunculannya. Genre cerita pendek Jawa baru muncul pada tahun 1935 yang hampir bersamaan kemunculannya dengan genre dalam bahasa Melayu.
Namun hal ini bukanlah berarti perkembangan sastra Melayu tak mendapat tempat pada masanya. Data-data yang lebih tua menyebutkan bahwa genre ini sebenarnya telah berkembang jauh sebelum tahun-tahun yang disebut di muka.
Sebelum munculnya penerbitan-penerbitan pemerintah kolonial dalam Balai Pustaka yang banyak menggunakan bahasa-bahasa daerah, di Indonesia sejak paruh kedua abad 19 telah muncul penerbitan pers yang menggunakan bahasa Melayu Rendah sebagai bahasa penghantar. Pemakai bahasa Melayu Rendah ini umumnya kaum terpelajar Indonesia,Cina dan peranakan Indo Belanda.
Hasil dari penerbitan mereka dibidang sastra setidak-tidaknya telah muncul pada tahun1870-an. Dan pada tahun 1875 diterbitkan buku tebal sekitar 400 halaman berupa saduran novel lacak yang diberi ilustrasi-ilustrasi karangan, Pont-Jest berkebangsaan Perancis dengan judul ‘Lawah-Lawah Merah’ yang menurut berita dikerjakan dalam bahasa Melayu Rendah oleh H.D.Wiggers Sr.
Sementara karya-karya asli Indonesia,dalam arti berbicara tentang karakteristik masyarakat Indonesia sendiri baru muncul pada tahun 1896 dengan tema cerita panjang yakni ‘Hikayat Nyai Dasima’ yang ditulis seorang berkebangsaan Indo, G. Francis.
Dengan kenyataan ini, maka dapalah disebutkan bahwa sejarah cerpen di Indonesia telah cukup tua jauh lebih tua dari yang disebutkan dalam ‘sejarah resmi sastra’ kita selama ini.***
Oleh: Agam Pamungkas Lubah
HISTORIA Tangsel
Padepokan Roemah Boemi Pamoelang
Kamis, 06 Juli 2023