Kisah Tamperan Barmawijaya, Raja Sunda yang Tewas Bersama Sang Istri

Oleh: Agam Pamungkas Lubah

Sebagai Raja Sunda ketiga (732–739 M) dan Raja Galuh keenam, Tamperan Barmawijaya berkuasa selama masa yang ditandai oleh kekuasaan atas dua kerajaan sekaligus.

Tamperan dikenal karena kisah asmara yang kontroversial. Ia menjalin hubungan dengan Dewi Pangrenyep, istri dari Premanadikusuma.

Dari hubungan itu lahirlah seorang putra bernama Hariang Banga (atau Rakeyan Banga), sekitar tahun 724 M.

Pada tahun 739 M, sang pemuda Manarah yang juga dikenal sebagai Ciung Wanara dan merupakan anak dari Dewi Naganingrum, mengumpulkan kekuatan bersama Balagantrang (sepupu dari Premanadikusuma) untuk merebut kembali tahta Galuh.

Dalam pertempuran tersebut, Tamperan dan istrinya Dewi Pangrenyep ditangkap. Hariang Banga, anaknya, berhasil melarikan diri dan kemudian membantu mereka kabur ke Jawa Tengah untuk mencari bantuan dari kakeknya, Sanjaya.

Namun naas, dalam upayanya untuk melarikan diri itu, dia dan istrinya berhasil dihadang oleh pasukan Galuh, sehingga menyebabkan keduanya tewas secara bersamaan. Peristiwa ini terjadi tepat pada tahun 739 M.

Berdasarkan sejumlah sumber berupa cerita rakyat atau legenda, keduanya tewas karena dihujani ratusan bahkan ribuan panah di tengah upayanya dalam melarikan diri. Hal itu tentunya menjadi momen yang sangat dramatis dan menjadi sejarah yang kelam hingga saat ini. [*]

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *