MEDIATANGSEL.COM – Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melaunching sistem pengelolaan sampah organik Teba Komposter Alami, bertempat di Kantor Kecamatan Ciputat, Kota Tangsel, Selasa (16/12/2025).
Launching sistem penanganan sampah berbasis lingkungan yang diadopsi dari Bali ini dipimpin langsung oleh Camat Ciputat, Mamat, dan dihadiri penggiat lingkungan Kota Tangsel.
Anjar Deliawan, salah satu penggiat lingkungan Tangsel, menyambut baik inisiasi Kecamatan Ciputat tersebut. Ia menyebutnya sebagai langkah awal yang positif untuk mengurai permasalahan pembuangan sampah yang sedang terjadi di Kota Tangsel saat ini.
“[Persoalan pengelolaan] sampah tidak akan pernah selesai kalau kita tidak memulai. Sampah terbanyak adalah sampah rumah tangga. Jadi kita mulai dari pengelolaan sampah organik dari rumah tangga dengan sistem Teba Komposter Alami ini,” kata Anjar kepada redaksi mediatangsel.com melalui sambungan telepon.
Anjar menjelaskan, sistem pengelolaan sampah Teba Komposter Alami dilakukan dengan membuat lubang di tanah berukuran sekitar 80 cm, dengan kedalaman 2 meter, sebagai tempat pembuangan sampah organik.
Sementara ini fokusnya adalah pada pengelolaan sampah organik. Karena sampah ini berpotensi lebih besar menghasilkan bau tidak sedap yang saat ini menjadi salah satu hal yang sangat dikeluhkan masyarakat Kota Tangsel.
Sampah organik yang telah dimasukkan ke dalam lubang itu kemudian didiamkan hingga menjadi kompos alami.
“Konsepnya memanfaatkan alam, mengembalikan sampah organik ke alam,” terang Anjar.
Sebelumnya, Anjar mengungkapkan, sistem komposter seperti ini telah diterapkan di RW 13 Kelurahan Serua. Dan terbukti membuahkan hasil positif sejak selama kurang lebih tiga tahun ini.
Dengan peluncuran Teba Komposter Alami di tingkat Kecamatan Ciputat ini, tambah Anjar, ke depan segera akan disusul dengan penerapan sistem pengelolaan sampah berbasis lingkungan ini di tujuh kelurahan yang ada. Bila perlu, tambahnya, hingga ke tingkat RW, RT, bahkan rumah-rumah warga.
“Tujuannya mengurangi sebanyak mungkin sampah organik sehingga habis di hulu. Dengan demikian dapat mengurangi beban TPA (tempat pembuangan akhir),” katanya.
Jika penerapan sistem ini berhasil, imbuh Anjar, kompos yang dihasilkan akan di kembalikan ke lingkungan masing-masing. Bisa untuk kebutuhan taman publik dan lain-lain.
“Bahkan kalau hasilnya lebih baik lagi, kita kumpulkan untuk menjadi komoditas yang mempunyai nilai ekonomi,” tandasnya. [*]






